Showing posts with label Scientific Paper and Task. Show all posts
Showing posts with label Scientific Paper and Task. Show all posts
MENGIDENTIFIKASI PERBEDAAN ZAT DALAM BENDA MATI DAN MAKHLUK HIDUP SECARA SEDERHANA



Tujuan Penelitian :
¯  Mengidentifikasi perbedaan zat yang terkandung dalam suatu bahan.

Alat dan Bahan :
          1.      Bulu Unggas                                        10. Pinset atau penjepit kayu
          2.      Rambut                                                11. Gunting atau pisau atau cutter
          3.      Sepotong daging                                 12. Pembakar spiritus
          4.      Plastik
          5.      Kayu
          6.      Kertas
          7.      Daun kering
          8.      Kain perca jenis katun
          9.      Karet ban bekas

Langkah – langkah :
           1.      Siapkan semua bahan dan peralatan yang akan digunakan.
           2.      Nyalakan pembakar spiritus dengan korek api.
           3.      Jepit bahan yang akan diuji coba.
           4.      Ciumlah bau atau aroma dari bahan tersebut.
           5.      Letakkan bahan di atas nyala api spiritus.
           6.      Bakarlah bahan yang telah terjepit dengan cara memegang penjepit pinset.
     NB : Berhati-hatilah dalam menggunakan pembakar spiritus, jangan sampai pakaian atau badanmu terbakar!
           7.      Setelah sedikit terbakar, segera matikan api pada bahan yang diuji coba.
           8.      Ciumlah kembali bau yang muncul.
     NB : Jangan mencium baunya terlalu lama dan jangan terlalu dekat dengan hidung!

Hasil Penelitian :
No
Nama Bahan
Deskripsi Bau
Sebelum Dibakar
Setelah Dibakar
1.
Bulu unggas
Agak anyir
Menyengat, tetapi tidak seperti bau rambut
2.
Rambut
Tak berbau
Menyengat
3.
Sepotong daging (ayam)
Berbau daging atau anyir
Seperti daging bakar
4.
Plastik
Tak berbau
Seperti bau lilin
5.
Kayu
Seperti bau tanah yang kering
Seperti arang
6.
Kertas
Seperti kapas
Seperti arang
7.
Daun kering
Seperti bau daun pada umumnya
Seperti Arang
8.
Kain perca (katun)
Seperti serat kayu
Seperti bau plastik
9.
Karet ban bekas
Seperti Karet
Menyengat

1.        Apakah masing-masing benda jika dibakar menghasilkan bau yang berbeda-beda? Jika ya, jelaskan mengapa hal tersebut terjadi?
Ø  Jelas berbeda karena tiap zat yang mengalami pembakaran (proses oksidasi) akan menghasilkan hasil sampingan berupa gas yang berbeda-beda

2.        Apakah bau rambut dan bau bulu hewan yang telah dibakar sama? Mengapa demikian?
Ø  Tidak sama, karena rambut manusia tersusun atas keratin yang jika dibakar menimbulkan bau, sedangkan bulu unggas tidak demikian. Keratin sendiri  merupakan protein zat dasar penyusun lapisan rambut yang sangat berperan besar dalam keindahan rambut

3.        Apakah bau kertas dan kayu yang telah dibakar sama? Apa unsur yang terkandung dalam bahan tersebut?
Ø  Baunya sama (setidaknya serupa), unsur yang terkandung dalam bahan tersebut adalah karbon (C) sehinggahasil pembakaran juga terdapat unsur karbon. Senyawa hasil pembakarannya antara lain, Karbon monoksida (CO) dan senyawa nitrogen monoksida (NO)

4.        Apakah bau plastik dan daun yang telah dibakar sama? Apakah zat yang terkandung pada kedua bahan tersebut sama?
Ø  Baunya berbeda, zat yang terkandung berbeda pula. zat pada daun berupa dan bersifat organik sedangkan pada plastik berupa dan bersifat anorganik karena pembuatannya di sintesis, tidak secara alami

Kesimpulan :

Selain pada makhluk hidup, benda mati seperti kayu, plastik, air, udara, kain pakaian, dan benda-benda yang lain merupakan zat kimia yang tersusun atas molekul-molekul tertentu. Dalam senyawa, molekul-molekul tertata sedemikian rupa sehingga memberikan sifat-sifat tertentu. Misalnya plastik bersifat lentur karena molekul-molekul penyusunnya mempunyai rantai panjang, sedangkan arang mudah patah karena susunan antar atom-atom penyusunnya banyak terdapat ruang-ruang kosong. Tubuh kita dan tubuh makhluk hidup yang lainnya juga tersusun atas berbagai molekul kimia.
Pengaruh Lingkungan Bermain terhadap Perilaku Siswa


SMPN 21 MALANG



Oleh :
1.    Aditya Aji Pamungkas          7.5
2.    Hafiz Clevanota                     8.1


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, Banyak perubahan sifat dan watak pada anak. Tetapi, perubahan ini lebih menjerumus ke hal yang negative daripada ke hal yang positif.
Perubahan ini disebabkan karena banyak faktor, antara lain media internet, media komunikasi, pendidikan, dan pergaulan teman bermain. Sebuah faktor yang menyebabkan perubahan perilaku pada anak yang akan kita bahas adalah pergaulan dengan teman bermainnya atau teman bergaulnya sehari-hari. Memang, manusia diciptakan sebagai mahluk sosial yang artinya makhluk yang tidak bisa hidup tanpa individu lain. Pengaruh teman bermain kita sehari-hari menuai banyak akibat, diantaranya positif dan negatif.
Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan teman-teman sebaya terhadap siswa terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alcohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya sendiri dan akibatnya. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan hubungan sosial remaja.
Kondisi saat ini yang ideal seharusnya, jika seorang anak bertambah dewasa seharusnya sifat, watak, dan perilakunya juga akan bertambah matang. Namun, karena pengaruh teman bergaul kita, kita malah terjerumus kepada hal yang negatif, contohnya anak zaman sekarang berani merokok, melawan orangtua, berbicara kotor bahkan berzina.
Tindakan yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu kita harus bisa memilih teman yang dapat menuntun kita kepada hal positif dan melakukan pengarahan kepada teman-teman sebaya kita supaya tak terjerumus kepada hal negatif.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pernyataan di atas, kita dapat merumuskan beberapa permasalah, di antaranya:
Ø  Bagaimanakah cara mengatasi perilaku teman bermain kita ?
Ø  Apa saja keuntungan dan kerugian yang dapat kita peroleh dari teman bermain kita ?
Ø  Apakah jika perilaku teman kita berubah, perilaku kita juga akan berubah ?
Ø  Pihak-pihak mana saja yang dapat membantu mengarahkan perilaku teman-teman  bermain kita ?
C.  TUJUAN PENELITIAN
Ø  Memperbaiki masalah sifat-sifat teman dengan cara pengarahan ke hal yang positif dengan dibantu pihak-pihak yang berurusan misalnya guru, keluarga, dan orang tua.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Manfaat dari penelitian yang dapat kita peroleh, bagi :
Ø  Siswa                       : Dapat memikirkan dampak yang ditimbulkan dan bukan hanya ikut-ikutan semata.
Ø  Guru                       : dapat menjadi acuan cara untuk menghadapi dan mengarahkan sikap-sikap muridnya.
Ø  Sekolah                   : Dapat menjadi sebuah kebanggaan bahwa sekolah memilki siswa-siswi yang pintar, rajin, dan soleh atau solehah.
Ø  Ilmu Pengetahuan   : Dapat menjadi kajian data atau teori atau pengetahuan untuk para psikolog.
Ø  Peneliti Selanjutnya: Dapat menjadi acuan untuk pengembangan penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 A. DASAR TEORI
Sifat seorang anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yakni faktor yang muncul dari dalam diri individu yang berupa faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi) dan faktor kelelahan. Sedangkan Faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa diantaranya lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Lingkungan keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
Menurut KoentjaraningratMasyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu. Sedangkan menurut Paul B. HortonMasyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Menurut Syureich (1990: 37) lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan menentukan perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan anak-anak. Demikian kuatnya pengaruh lingkungan pergaulan itu pada diri seseorang, sehingga anak yang dididik baik-baik di rumah keluarganya bisa menjadi anak yang nakal (brutal), yang membuat keresahan hidup bagi orang tuanya.
Oleh karena itu menurut Thalib (1995: 97-99) bahwa orang tua harus selalu mengawasi lingkungan pergaulan anak, terutama orang tua harus mampu memerhatikan teman-teman anaknya, karena anak-anak sejak berumur kurang lebih 4 tahun sudah dapat bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Dengan bergaul ini mereka bisa mengembangkan kemampuan sosial dan kebutuhan berhubungan dengan orang lain. Untuk itu orang tua wajib menaruh perhatian dengan siapa mereka bergaul. Karena teman bergaul dapat memberikan pengaruh pada kepribadian anak-anaknya.
Dari pendapat itulah, lingkungan bermain menuai dampak besar terhadap perubahan perilaku pada anak. Penyebab inilah yang dapat menyebabkan perilaku siswa menjadi kurang baik. Sedangkan dampak positif dari teman bergaul kita yaitu bisa menjadi sahabat.
Menurut Santrock (1998), karakteristik yang paling umum dari persahabatan adalah keakraban (intimacy) dan kesamaan (similiarity). Intimacy dapat diartikan sebagai penyingkapan diri dan berbagai pemikiran pribadi. Karena kedekatan ini, anak mau menghabiskan waktunya dengan sahabat dan mengekspresikan efek yang lebih positif terhadap sahabat dibandingkan dengan yang bukan sahabat (Hartub, 1989). Santrock (1998) menyebutkan enam fungsi penting persahabatan, yaitu:
1.      Sebagai kawan (companionship)
2.      Sebagai pendorong (stimulation)
3.      Sebagai dukungan fisik (physical support)
4.      Sebagai dukungan ego (ego support)
5.      Sebagai perbandingan sosial (social comparison)
6.      Sebagai memberi keakraban dan perhatian (intimacy/affection)
Hatherington dan Parke (1999), menggambarkan tiga tahap perkembangan gagasan anak tentang persahabatan, yaitu:
1.      Reward-cost stage (7-8 tahun). Pada tahap ini anak menyebutkan ciri-ciri sahabat sebagai teman yang menawarkan bantuan, melakukan kegiatan bersama-sama, bisa memberikan ide-ide, bisa bergabung dalam permainan, menawarkan judgement, dekat secara fisik, dan memiliki kesamaan demografis.
2.      Normative stage (10-11 tahun). Anak mengharapkan sahabatnya bisa menerima dan mengaguminya, setia dan memberikan komitmen terhadap persahabatan, serta mengekspresikan nilai dan sikap yang sama terhadap aturan-aturan dan sanksi.
3.      Emphatic stage (11-13 tahun). Anak mengharapkan kesungguhan dan potensi intimacy dari sahabat, mengharapkan sahabat untuk memahami dan terbuka terhadap dirinya, mau menerima pertolongannya, berbagi minat dan mempertahankan sikap dan nilai yang sama.
Teman sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya.(John w. santrock, Remaja, Hal. 55).
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh teman sebaya. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya. Pertemanan berdasarkan tingkat usia dengan sendirinya akan terjadi meskipun sekolah tidak menerapkan sistem usia. Remaja dibiarkan untuk menentukan sendiri komposisi masyarakat mereka. Salah satu fungsi terpenting dari teman sebaya adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari teman-teman sebayanya. Dan remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik. (Jhon W. Santrock, Remaja, 2007, hal 55).
Piaget dan Sullivan menekankan bahwa hubungan dengan teman sebaya memberikan konteks bagi remaja untuk mempelajari modus hubungan timbal balik yang simetris.
Hartup menyatakan bahwa hubungan dengan teman sebaya bersifat kompleks dan dapat bervariasi tergantung pada bagaimana pengukurannya, perumusan hasilnya, dan garis perkembangannya.
Menurut Gerungan (1986) kenakalan remaja muncul akibat terjadinya interaksi sosial diantara individu sosial dengan kelompok sebaya. Peran interaksi dengan kelompok sebaya tersebut dapat berupa imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Pada penelitian kami kali ini, menggunakan metode kualitatif interaktif, dimana peneliti melakukan wawancara kepada beberapa narasumber dengan cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan sesuai dengan topik yang dibahas. Sedangkan narasumber yang kami percaya, merupakan salah satu teman sekelas dari salah satu peneliti kami (Hafiz Clevanota). Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan keduan menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Metode kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya.
B. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilakukan dan dilaksanakan mulai dari hari Senin, 26 Mei 2014 hingga Selasa, 27 Mei 2014. Pada hari pertama, wawancara dilakukan pada narasumber pertama, dengan wawancara dilakukan di rumah salah satu peneliti kami (Hafiz Clevanota). Untuk hari yang kedua, wawancara dilakukan pada narasumber kedua, dengan wawancara dilakukan di sekolah kami yaitu SMPN 21 Malang.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Kami menggunakan metode wawancara sebagai instrument penelitian kami, dimana kami menginvestigasi dua narasumber yang merupakan teman dari salah satu peneliti kami yaitu (Hafiz Clevanota).

v  Senin, 26 Mei 2014 – Narasumber I
Hasil yang kami dapatkan dari wawancara yang dilakukan oleh salah seorang peneliti kami (Hafiz Clevanota) yang dilaksanakan di rumahnya, adalah sebagai berikut :
1.      Narasumber pertama, menjelaskan bahwa dia merupakan korban dari topik ini, yaitu dia terpengaruh oleh lingkungan bermainnya.
2.      Dia adalah anak yang berpikiran kotor dan bersifat keras, baik dalam sifatnya maupun di perilakunya.
3.      Dia menyatakan bahwa dia terpengaruh oleh dua faktor, yaitu teman sepermainannya dan orang tuanya.
4.      Dia juga menyatakan bahwa salah satu dari kedua orang tuanya bersifat keras pada dirinya sejak dia kecil.

v  Selasa, 27 Mei 2014 – Narasumber I
Hasil yang kami dapatkan  dari wawancara kedua kami yang dilakukan oleh salah seorang peneliti kami (Hafiz Clevanota) yang dilaksanakan di sekolah kami (SMPN 21 Malang) adalah sebgai berikut :
1.      Narasumber kedua, menjelaskan bahwa dia merupakan tersangka dari topik ini, yaitu dia merupakan parasit dari lingkungan bermainnya.
2.      Dia adalah anak yang bersifat keras, agak berpikiran kotor, dan tak disangka dia juga merupakan seorang perokok.
3.      Dia menyatakan bahwa dia belajar meroko dengan mencoba-coba sendiri.
4.      Dia menyatakan bahwa orang yang pertama dia pengaruhi adalah teman sepermainannya (tetangganya).
5.      Dia juga memberikan alasan, karena dia ingin banyak teman-temannya yang sama seperti dia.
6.      Dia juga menyatakan bahwa ia juga tak peduli apa yang nanti terjadi pada teman-teman yang telah dia pengaruhi.
7.      Dia pernah menjalani operasi, serta dia juga mengidap penyakit hipertensi dan asma. Tetapi, dia tetap tidak ada penyesalan dan tetap melanjutkan kebiasaannya itu (merokok).
8.      Dia juga mengklaim kebiasaan perokok dari salah satu orang tuanya.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara pertama pada narasumber pertama, bahwa setiap anak dapat menjadi korban dari pengaruh siapapun. Baik dalam lingkungan bermain maupun lingkungan keluarga. Orang tua seharusnya mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Tidak dengan kekerasan.
Berdasarkan wawancara kedua pada narasumber kedua, bahwa setiap anak tidak hanya dapat menjadi korban saja, melainkan dapat menjadi tersangka dalam lingkungan bermainnya. Seorang anak dapat menjadi baik atau buruk karena pengaruh temannya, keinginannya sendiri, ataupun karena orang tuannya.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah kami lakukan, kita dapat menarik beberapa kesimpulan :
1.      Seorang anak dapat menjadi parasit ataupun terpengaruh oleh lingkungan bermain.
2.      Teman sepermainan atau kelompok sebaya memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sosial seorang remaja.
3.      Orang tua juga dapat menjadi pengaruh bagi perkembangan seorang remaja.
B. SARAN
Kami dapat memberikan beberapa saran, diantaranya :
1.      Kita harus bisa selektif dalam memilih teman.
2.      Banyak-banyaklah mendalami ilmu agama, supaya terhindar dari perilaku kotor.
3.      Jangan pernah berbuat yang tidak-tidak tanpa pengawasan orang tua.
4.      Orang tua juga harus bisa mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan bertanggungjawab.



DAFTAR PUSTAKA

Klasifikasi Makhluk Hidup

Klasifikasi Makhluk Hidup

A.      Pengertian
Klasifikasi makhluk hidup merupakan cara pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup. Semakin banyak perbedaan dari 2 jenis makhluk hidup semakin jauh kekerabatannya.Sebaliknya semakin banyak persamaan dari 2 jenis makhluk hidup semakin dekat kekerabatannya.
Pada mulanya makhluk hidup dikelompokkan ke dalam 2 kelompok (kingdom) yaitu Hewan dan tumbuhan.Hal ini didasarkan pada perbedaan dalam sel pembentuknya (ex. tumbuhan berdinding sel tumbuhan tidak, tumbuhan memiliki plastida /penghasil klorofil sedangkan hewan tidak), kemampuan melakukan fotosintesis (tumbuhan dapat berfotosintesis hewan tidak), jenis geraknya (hewan dapat bergerak aktif dengan berpindah tempat sedangkan tumbuhan geraknya pasif (gerak endonom dan etionom).

B.      Tujuan Klasifikasi Makhluk Hidup :
Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup.Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup.Selain itu untuk mempermudah mengenali suatu makhluk hidup. Dengan kata lain tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah :
-          Menyederhanakan obyek studi (makhluk hidup) yang beraneka ragam
-          Mengenal berbagai makhluk hidup yang bermaacam-macam
-          Mengetahui manfaat masing-masing organism
-          Mengetahui adanya saling ketergantungan antara organism
-          Mengetahui hubungan kekerabatan antar organism
Jadi klasifikasi makhluk hidup bertujuan untuk  mempermudah, mengenali,  membandingkan,  dan mempelajari makhluk hidup.

C.     Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup
Dasar klasifikasi makhluk hidup :
-          Ukuran tubuhnya
-          Lingkungan tempat hidupnya
-          Manfaatnya
-          Jenis makanannya
-          Persamaan/perbedaan ciri-ciri

D.     Klasifikasi Makhluk Hidup menurut Carolus Linaeus :
Carolus Linnaeus, mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 2 yaitu Plantae (tumbuhan) dan Animalia (hewan). Perbedaannya dengan Aristoteles adalah, Carolus Linnaeus adalah orang yang pertama kali meletakkan dasar klasifikasi dan membuat sistem penamaan yang disebut Binomial Nomenklatur, sehingga Carolus Linnaeus disebut sebagai Bapak Taksonomi. Tingkatan dalam klasifikasi disebut takson. Takson dari tingkat tertinggi ke terendah adalah:
-          KINGDOM
-          DIVISIO / PHYLLUM
-          CLASSIS
-          ORDO
-          FAMILIA
-          GENUS
-          SPESIES
Klasifikasi Makhluk Hidup

Dari spesies menuju kingdom, takson semakin tinggi
Semakin tinggi takson, jumlah organisme (makhluk hidup) semakin banyak
Semakin tinggi takson, persamaan antar makhluk hidup semakin sedikit
Semakin tinggi takson, perbedaan antar makhluk hidup semakin banyak
Dari kingdom menuju spesies, takson semakin rendah
Semakin rendah takson, jumlah organisme (makhluk hidup) semakin sedikit
Semakin rendah takson, persamaan antar makhluk hidup semakin banyak
Semakin rendah takson, persamaan antar makhluk hidup semakin sedikit

E.      Klasifikasi Sistem 5 Kingdom
Klasifikasi Makhluk Hidup

Pada tahun 1969 R.H Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi 5 (lima) kingdom/kerajaan, yaitu :
1.      Monera (bakteri dan ganggang biru)
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Monera memiliki sel prokariotik. Kelompok ini terdiri dari bakteri dan ganggang hijau biru (Cyanobacteria)
2.      Protista (ganggang dan protozoa)
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista rnemiliki sel eukariotik.Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi.Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan.Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai hewan (Protozoa) dan Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), dan Protista menyerupai jamur.
3.      Fungi (jamur)
Fungi memiliki sel eukariotik.Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri.Cara makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit.Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycpta).
4.      Plantae (tumbuhan)
Tumbuhan memiliki sel eukariotik.Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan.Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat membuat makanannya sendiri (bersifat autotrof). Kelompok ini terdiri dari tumbuhan lumut, tumbuhan paku, tumbuhan berbiji terbuka, dan tumbuhan berbiji tertutup
5.      Animalia (hewan)
Hewan memiliki sel eukariotik.Tubuhnya tersusun atas banyak sel .yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan.Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga bersifat heterotrof.Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak bertulang belakang (invertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).

F.       Tata Nama Ilmiah
A.      Takson
Setiap kelompok yang terbentuk dari hasil klasifikasi makhluk hidup, disebut Takson. Lahirlah istilah taksonomi (takson = kelompok, nomos = hokum), atau juga disebut sistematika (susunan dalam suatu system).
Berdasarkan uraian diatas dapat ditafsirkan, bahwa para ilmuwan mengelompokan makhluk hidup beerdasarkan banyaknya persamaan dan perbedaan baik morfologi, fisiologi, dan anatominya.Makin banyak persamaan, dikatakan makin dekat hubungan kekerabatannya.
Makin sedikit persamaannya, makin jauh kekerabatannya.Makhluk hidup yang memiliki banyak persamaan ciri, dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang fertile (subur), maka makhluk ini dimasukkan ke dalam suatu kelompok (takson) yang disebut spesies atau jenis. Contohnya: Spesies kucing (Felis domestica)
Bagaimanakah penempatan takson pada penulisan klasifikasi? Untuk mendapat gambaran susunan takson dalam penulisan sistem klasifikasi, Anda dapat mengamati contoh berikut:
a)  Klasifikasi hewan kucing
·      Kerajaan (Kingdom) : Animalia
·      Filum (Phylum) : Chordata
·      Kelas (Classis) : Mamalia
·      Bangsa (Ordo) : Carnivora
·      Suku (Familia) : Felidae
·      Marga (Genus) : Felis
·      Jenis (Spesies) : Felis Catus (kucing)
b)  Klasifikasi tumbuhan padi
·    Kerajaan (Kingdom) : Plantae
·    Divisi (Divisio) : Spermatophyta
·    Anak Divisi (Sub Divisio) : Angiospermae
·    Kelas (Classis) : Monocotyledonceae
·    Bangsa (Ordo) : Poales
·    Suku (Familia) : Poaceae
·    Marga (Genus) : Oryza
·     Jenis (Spesies) : Oryza Sativa
Sesuai dengan perkembangan klasifikasi, maka pengelompokkan atau klasifikasi makhluk hidup tidak lagi berdasarkan manfaatnya tetapi sudah berdasarkan ciri-ciri morfologi,anatomi dan fisiologinya.
B.      Aturan Tata Nama Ilmiah (Nomenclatur Binomial)
Aturan tata nama ilmiah Binomial Nomenclatur (Sistem Tata Nama Ganda) :
Nomenclatur binomial adalah sistem penamaan makhluk hidup dengan menggunakan bahasa latin di mana setiap makhluk hidup mendapatkan atau diberikan nama dalam dua kata bahasa latin. Kata yang pertama menunjukkan genus, sedangkan kata yang satu lagi menunjukkan species.Genus ditulis dengan huruf pertama huruf besar dan species huruf pertamanya adalah huruf kecil. Aturan-aturan pemberian nama binomium nomenclatur pada binatang dan tumbuh-tumbuhan :
1.    Setiap makhluk hidup memiliki nama spesies yang berbeda-beda dan tidak boleh sama.
2.    Nama genus hanya terdiri dari satu kata dan dimulai dengan huruf besar.
3.    Nama spesies boleh terdiri dari dua kata atau lebih dan dimulai dengan huruf kecil
4.    Setiap makhluk hidup baik hewan dan tumbuhan memiliki nama ilmiah masing-masing
5.    Penamaan ilmiah makhluk hidup menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
6.    Nama penemu spesies dapat mencantumkan namanya dibelakang nama speciesnya.
Contoh penerapan : Nama ilmiah ditulis dengan bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan.
·         Durian ( Durio zibethinus ) : cetak
·         Durian ( Durio zibethinus ) : tulis tangan
Terdiri atas dua kata, kata yang I menunjukkan Genus dan kata II menunjukkan Spesies.Jika lebih dari 2 kata diberi tanda hubung. ex.- Kembang sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis )
Huruf pertama kata I ditulis kapital, yang lain kecil.
Ditulis miring/tebal (cetak) atau digaris bawahi terpisah (tulis tangan).
Nama hewan dapat diadakan pengulangan, sedang nama tumbuhan tidak.
Pisang (Musa paradisiaca)
Ayam ( Galus galus )
Babi hutan ( Babirussa babirussa )
Penulisan varietas tidak digaris bawahi atau miring
Padi ( Oryza sativa var. nutitiva )
C.  Cara Pemberian Nama Kelas, Bangsa, dan Famili
1.    Nama kelas adalah nama genus + nae. contoh: Equisetum + nae, menjadi kelas Equisetinae.
2.    Nama ordo adalah nama genus + ales. contoh: zingiber + ales, menjadi ordo Zingiberales.
3.    Nama famili adalah nama genus + aceae. contoh: Canna + aceae, menjadi famili Cannacea
Misal : Pongo pigmaeus sumatraensis

G.      KUNCI DETERMINASI
Klasifikasi Makhluk Hidup

A.      Pengertian Kunci Determinasi
Kunci determinasi adalah suatu kunci yang digunakan untuk identifikasi makhluk hidup berupa keterangan tentang ciri-ciri makhluk hidup. Identifikasi merupakan kegiatan dasar dalam taksonomi. Identifikasi mencakup dua kegiatan, yaitu klasifikasi dan tata nama.  Jadi, identifikasi adalah menentukan persamaan dan perbedaan antara dua makhluk hidup, kemudian menentukan apakah keduanya sama atau tidak, baru kemudian memberi nama.
Identifikasi terhadap makhluk hidup yang sudah dikenal pada umumnya dapat dilakukan langsung oleh otak kita.Untuk mengidentifikasi makhluk hidup yang baru saja dikenal, kita memerlukan alat pembanding berupa gambar, realia atau spesimen (awetan hewan dan tumbuhan), hewan atau tumbuhan yang sudah diketahui namanya, atau kunci identifikasi.Kunci identifikasi disebut juga kunci determinasi.
Penggunaan kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus . Namun, sebenarnya Lammarck (1778) juga pernah menggunakan kunci modern untuk identifikasi. Salah satu kunci identifikasi ada yang disusun dengan menggunakan ciri-ciri taksonomi yang saling berlawanan. Tiap langkah dalam kunci tersebut terdiri atas dua alternatif (dua ciri yang saling berlawanan) sehingga disebut kunci dikotomis.
B.   Cara Menggunakan Kunci determinasi
1.    Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu nomor                   1a.
2.    Cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang terdapat pada makhluk hidup yang diamati.
3.    Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang diamati, harus beralih pada pernyataan yang ada di bawahnya dengan nomor yang sesuai. Misalnya, pernyataan 1a tidak sesuai, beralihlah ke pernyataan 1b.
4.    Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang dimiliki organisme yang diamati, catatlah nomornya. Lanjutkan pembacaan kunci pada nomor yang sesuai dengan nomor yang tertulis di belakang setiap pernyataan pada kunci.
5.    Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk hidup yang diamati, alternatif lainnya akan gugur. Sebagai contoh, kunci determinasi memuat pilihan:
a.    tumbuhan berupa herba, atau
b.    tumbuhan berkayu.
Jika yang dipilih adalah 1a (tumbuhan berupa herba), pilihan 1b gugur. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau filum dari makhluk hidup yang diamati. Pada umumnya, buku penuntun identifikasi makhluk hidup dilengkapi dengan kunci determinasi dan hanya berlaku setempat (lokal)
C.   Contoh kunci dikotom
a.    Tubuh beruas-ruas……………………………………… lanjutkan ke no 2
b.    Tubuh tidak beruas-ruas ……………………………….  lanjutkan ke no 5
a.    Setiap ruas tubuh berkaki……………………………….  Myriapoda
b.    Tidak setiap ruas tubuh berkaki………………………..  lanjutkan ke no 3
a.    Jumlah kaki 3 pasang……………………………………Insekta
b.    Jumlah kaki lebih dari 3 pasang……………………….. lanjutkan ke no 4
a.    Mempunyai sungut di kepala……………………………Crustacea
b.    Tidak mempunyai sungut di kepala……………………. Arachnoidea
a.    Tubuh dilindungi cangkang …………………………….Mollusca
b.    Tubuh berduri……………………………………………Echinodermata