MENGIDENTIFIKASI PERBEDAAN ZAT DALAM BENDA MATI DAN MAKHLUK HIDUP SECARA SEDERHANA



Tujuan Penelitian :
¯  Mengidentifikasi perbedaan zat yang terkandung dalam suatu bahan.

Alat dan Bahan :
          1.      Bulu Unggas                                        10. Pinset atau penjepit kayu
          2.      Rambut                                                11. Gunting atau pisau atau cutter
          3.      Sepotong daging                                 12. Pembakar spiritus
          4.      Plastik
          5.      Kayu
          6.      Kertas
          7.      Daun kering
          8.      Kain perca jenis katun
          9.      Karet ban bekas

Langkah – langkah :
           1.      Siapkan semua bahan dan peralatan yang akan digunakan.
           2.      Nyalakan pembakar spiritus dengan korek api.
           3.      Jepit bahan yang akan diuji coba.
           4.      Ciumlah bau atau aroma dari bahan tersebut.
           5.      Letakkan bahan di atas nyala api spiritus.
           6.      Bakarlah bahan yang telah terjepit dengan cara memegang penjepit pinset.
     NB : Berhati-hatilah dalam menggunakan pembakar spiritus, jangan sampai pakaian atau badanmu terbakar!
           7.      Setelah sedikit terbakar, segera matikan api pada bahan yang diuji coba.
           8.      Ciumlah kembali bau yang muncul.
     NB : Jangan mencium baunya terlalu lama dan jangan terlalu dekat dengan hidung!

Hasil Penelitian :
No
Nama Bahan
Deskripsi Bau
Sebelum Dibakar
Setelah Dibakar
1.
Bulu unggas
Agak anyir
Menyengat, tetapi tidak seperti bau rambut
2.
Rambut
Tak berbau
Menyengat
3.
Sepotong daging (ayam)
Berbau daging atau anyir
Seperti daging bakar
4.
Plastik
Tak berbau
Seperti bau lilin
5.
Kayu
Seperti bau tanah yang kering
Seperti arang
6.
Kertas
Seperti kapas
Seperti arang
7.
Daun kering
Seperti bau daun pada umumnya
Seperti Arang
8.
Kain perca (katun)
Seperti serat kayu
Seperti bau plastik
9.
Karet ban bekas
Seperti Karet
Menyengat

1.        Apakah masing-masing benda jika dibakar menghasilkan bau yang berbeda-beda? Jika ya, jelaskan mengapa hal tersebut terjadi?
Ø  Jelas berbeda karena tiap zat yang mengalami pembakaran (proses oksidasi) akan menghasilkan hasil sampingan berupa gas yang berbeda-beda

2.        Apakah bau rambut dan bau bulu hewan yang telah dibakar sama? Mengapa demikian?
Ø  Tidak sama, karena rambut manusia tersusun atas keratin yang jika dibakar menimbulkan bau, sedangkan bulu unggas tidak demikian. Keratin sendiri  merupakan protein zat dasar penyusun lapisan rambut yang sangat berperan besar dalam keindahan rambut

3.        Apakah bau kertas dan kayu yang telah dibakar sama? Apa unsur yang terkandung dalam bahan tersebut?
Ø  Baunya sama (setidaknya serupa), unsur yang terkandung dalam bahan tersebut adalah karbon (C) sehinggahasil pembakaran juga terdapat unsur karbon. Senyawa hasil pembakarannya antara lain, Karbon monoksida (CO) dan senyawa nitrogen monoksida (NO)

4.        Apakah bau plastik dan daun yang telah dibakar sama? Apakah zat yang terkandung pada kedua bahan tersebut sama?
Ø  Baunya berbeda, zat yang terkandung berbeda pula. zat pada daun berupa dan bersifat organik sedangkan pada plastik berupa dan bersifat anorganik karena pembuatannya di sintesis, tidak secara alami

Kesimpulan :

Selain pada makhluk hidup, benda mati seperti kayu, plastik, air, udara, kain pakaian, dan benda-benda yang lain merupakan zat kimia yang tersusun atas molekul-molekul tertentu. Dalam senyawa, molekul-molekul tertata sedemikian rupa sehingga memberikan sifat-sifat tertentu. Misalnya plastik bersifat lentur karena molekul-molekul penyusunnya mempunyai rantai panjang, sedangkan arang mudah patah karena susunan antar atom-atom penyusunnya banyak terdapat ruang-ruang kosong. Tubuh kita dan tubuh makhluk hidup yang lainnya juga tersusun atas berbagai molekul kimia.
6 Larangan Dalam Bercanda


Islam tak melarang atau mengharamkan bercanda. Justru Rasulullah SAW adalah sosok yang humoris. Akan tetapi, dalam bercanda harus tetap ada "rambu-rambu" atau batasan-batasan yang perlu diperhatikan. Jangan sampai candaan kebablasan hingga membuat orang lain tidak nyaman atau bahkan tersinggung. Nah menurut ajaran Islam, ada 6 larangan bercanda yang mesti Anda pahami. Berikut ulasannya:

Tidak Berbohong


Abu Hurairah RA menceritakan saat para sahabat berkumpul dalam majelis Rasulullah SAW, para sahabat bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Rasulullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?" Maka Rasulullah SAW menjawab, "Tentu, hanya saja aku akan berkata benar." (HR. Ahmad)
Rasulullah juga bersabda, "Neraka Wail bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk melucu (membuat orang tertawa), neraka Wail baginya, neraka Wail baginya."
(HR. Abu Dawud dalam kitab Al-‘Adab – 88, Bab Ancaman Keras terhadap Dusta; hadits no. 3990 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud III: 942 no.4175).

Tidak Tertawa Berlebihan


Rasul SAW telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, "Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati." (HR. Ibnu Majah)
Seperti hadits dari Aisyah RA, "Aku belum pernah melihat Rasullullah SAW tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun Beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tidak Menakuti


Rasullullah SAW juga bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain." (HR. Abu Dawud).

Jangan Bercanda Pernikahan


Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tiga hal yang apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh maka berguraunya pun dinilai sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh, yaitu: nikah, talak, dan rujuk". (HR Abu Dawud)
Jadi, jangan pernah bercanda mengenai pernikahan. Contohnya dengan mengatakan, "Saya akan nikahi kamu!" atau juga talak "Saya akan ceraikan dia!" atau mungkin candaan "Saya akan menikah lagi". Sebab, candaan-candaan tersebut akan bernilai sungguhan. 

Jangan Olok-olok


"Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah beriman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujarat: 11).

Jangan Candai Asma Allah


"Dan jangan kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab,"Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." (QS. At-Taubah: 65-66)
(Ism, Berbagai sumber)

Sekian artikel tentang etika dan adab dalam bercanda menurut islam. Setelah baca, bercanda itu boleh, asal jangan kebangetan. Kasian juga temanmu. Nantikan artikel selanjutnya.


Mengapa Kabah Dibangun Menyerupai Kubus dan Ada di Mekkah

Alasan Mengapa Ka'bah Dibangun Menyerupai Kubus
Sebenarnya Kabah tidak pernah direncanakan untuk dibangun seperti sebuah kubus. Mayoritas umat muslim tentu tahu bahwa Kabah berbentuk seperti kubus. Namun tak semua tahu bagaimana sejarahnya dan alasan yang melatarbelakangi hingga Kabah dibangun menyerupai kubus.
Dilansir dari Muslimmatters.org, sebenarnya Kabah tidak pernah direncanakan untuk dibangun seperti sebuah kubus. Dimensi asli bangunan ini sebenarnya adalah semi melingkar karena mencakup juga bangunan Hijr Ismail.
Ketika Kabah dibangun kembali beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, kaum Quraisy sepakat untuk menyelesaikan proses pembangunan dengan uang halal.
Tidak menggunakan uang hasil berjudi, penjarahan, prostitusi, riba dan lain-lain, seperti yang mereka lakukan saat masa Jahiliyah. Namun uang yang dikumpulkan tak cukup untuk membangun Kabah sesuai bentuk dan ukuran aslinya.
Kemudian mereka membuat Kabah dengan versi yang lebih kecil dan menempatkan dinding batu bata untuk menandai keberadaan Hijr Ismail. Menjelang akhir hidupnya, Nabi Muhammad SAW berencana untuk membangun kembali Kabah sesuai bentuk aslinya di masa Nabi Ibrahim. Namun Nabi Muhammad wafat sebelum bisa memenuhi keinginannya itu.
Bentuk Kabah tetap bertahan seperti yang terakhir kali dilihat oleh Rasulullah hingga akhirnya pada masa Khalifah Abdullah bin Zubair, Kabah kembali direnovasi dan dikembalikan ke pondasi-pondasi asli Nabi Ibrahim AS. Pembangunan ini dilakukan untuk mewujudkan apa yang diidamkan oleh Rasulullah SAW.
Zubair memperluas Kabah setelah sebelumnya dikurangi oleh Kaum Quraisy sepanjang 6 hasta. Dia membuat dua pintu untuk Kabah, satu di arah barat dan satu lagi di timur. Zubair juga menambah ketinggian Kabah hingga 27 hasta.
Alasan Mengapa Ka'bah Dibangun di Kota Mekkah

Banyak orang-orang Islam yang percaya bahwa alasan mengapa Ka’bah dibangun di Kota Mekkah adalah karena Mekkah dianggap sebagai pusat bumi, tapi sayangnya tidak pernah ada kejelasan ilmiah mengenai hal ini, dan agak sulit untuk mempertanggung jawabkannya. Tapi kalau begitu, apa sebab Ka’bah dibangun di bumi? Hal itu akan sama-sama kita teliti pada kesempatan kali ini.


Mengapa Kabah Dibangun Menyerupai Kubus dan Ada di Mekkah

Sempat beredar kabar yang mengatakan bahwa alasan Ka’bah ada di Mekkah yaitu karena beberapa ilmuwan di era modern ini telah melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa Mekkah adalah kota yang menjadi pusat bumi. Hal ini berdasarkan pada jarak antara Mekkah dan Kutub Selatan jika kemudian dibagi dengan jarak Kutub Utara maka akan menghasilkan angka 1,618. Angka tersebut juga sering dikenal sebagai “Golden Ratio” atau angka emas. Tidak ada laporan ilmiah yang bisa membuktikan teori ini, tapi sebaliknya juga tidak ada laporan ilmiah untuk menentangnya.
Alasan dibangunnya Ka’bah di Mekkah yang lain memiliki cerita yang sama mengenai bagaimana Mekkah merupakan pusat bumi, tapi kali ini dengan cerita yang berbeda. Kali ini, diceritakan yang membuktikan hal ini adalah Neil Armstrong, dan pembuktian ini terjadi ketika ia dan koleganya melakukan perjalanan dari Bumi menuju bulan untuk pertama kalinya. Dikisahkan bahwa Bumi terlihat tergantung di sebuah daerah angkasa yang amat gelap.

Mengapa Kabah Dibangun Menyerupai Kubus dan Ada di Mekkah
Ka'bah dlihat dari luar angkasa
Pada saat itu, para astronot juga melihat bahwa ada radiasi yang muncul dari dalam Bumi. Menurut kisah yang sama, para ilmuwan kemudian melakukan penelitian lebih lanjut mengenai radiasi dari Bumi ini, dan mereka menemukan bahwa radiasi ini berasal dari Ka’bah dan tidak memiliki ujung. Hal inilah yang dipercaya menjadi alasan mengapa Ka’bah dibangun di kota Mekkah. Diberitakan bahwa para astronot sempat mengumumkan tentang hal ini di internet, tapi sayang alamat situs untuk penguman tersebut mendadak hilang seakan ada alasan tertentu akan penghapusannya.
Berita lainnya mengabarkan bahwa sebenarnya Mekkah memang ada di tengah-tengah bumi, hal ini bisa dirujuk melalui satelit dan gambar-gambar geologinya. Karena begitu, sepertinya akan lebih tepat jika Mekkah yang dijadikan rujukan untuk waktu di seluruh dunia dan bukannya Greenwich. Jika hal ini dilakukan, menurut penulis berita tersebut, setiap orang akan lebih mudah untuk mengetahui waktu shalat. Lagi-lagi tidak ada bukti ilmiah yang mampu membantu teori alasan Ka’bah dibangun di Mekkah ini, tapi hal yang sama juga berlaku bahwa tidak ada yang bisa menyanggah hal ini, jadi status kebenarannya masih belum diketahui.

Alasan Mengapa Ka’bah Dibangun di Kota Mekkah Menurut Al-Qur’an

Mengapa Kabah Dibangun Menyerupai Kubus dan Ada di Mekkah

Menurut ayat-ayat yang ada di Al-Qur’an dan melalui berbagai macam hadist, telah disiratkan bahwa Mekkah memang menjadi pusat lapisan langit. Lewat surat Ali Imran ayat 96 dituliskan bahwa rumah pertama yang ada di muka bumi berdiri di Makkah. Bahwa awalnya Ka’bah berdiri di atas buih yang masih keras, dan karena benda itu jugalah yang merupakan benda pertama di bumi. Istilah Ka’bah sendiri merupakan bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an,  berasal dari kata “Umulkura” yang jika diartikan menjadi pusat negara. Selain itu, ada juga hadist yang mengatakan bahwa Ka’bah merupakan salah satu tempat yang ada di tengah-tengah lapisan langit dan bumi, mungkin ini alasan mengapa Ka’bah dibangun di kota Mekkah.
Sudah tahu Emezin-guys, kenapa ka'bah kok bentuknya kubus? kok ada di Mekah, kenapa ga di Jakarta? Nantikan artikel selanjutnya ya!

     Basa iku minangka sarana kanggo komunikasi, kanggo nglantarake marang sawijining maksud utawa kekarepan marang wong sing diajak guneman. Basa uga dadi sarana kanggo nglairake panguneg-uneg kanthi cara nulis utawa maca. Mula anggone nggunaake basa kudu trep ora kena tumpang suh, kudu mangerteni marang sapa sing diajak guneman. Mula basa iku duweni unggah-ungguh. Dene unggah-ungguhing basa iku sabenere akeh banget nanging sing lumrah digunakake iku ana 4 yaiku:
      1.      Ngoko lugu
      2.      Ngoko alus
      3.      Krama lugu
      4.      Krama alus

A.     Basa Ngoko Lugu
"Pengertian bahasa ngoko lugu adalah bahasa yang kalimatnya tidak ada yang diterjemahkan ke bahasa krama"
Wujude: Tembunge ngoko kabeh ora ana kramane.
"Pemakaian Bahasa ngoko lugu" 
Panganggone:
a. Menyang sapadha-padha kang wis kulina banget.
b. Menyang sing kaprenah enom.
c. Yen lagi ngunandika.
d. Tumrap bocah sing durung bisa guneman ganep.
Tuladha:
– Kowe mengko sore sida ngampiri aku les?
– Dhik, yen arep ndelok pameran, aku mengko tulung ampirana ya!

B.      Basa Ngoko Alus
"Pengertian bahasa ngoko alus adalah bahasa yang kalimatnya ngoko kasar/lugu tetapi hanya kata kerja saja dan kamu (panjenengan) yang diterjemahkan ke bahasa krama inggil/alus"
Wujude: Tetembunge ngoko kacampuran karma inggil.
"Pemakaian Bahasa ngoko alus" 
Panganggone:
a. Sedulur tuwa marang sedulur enom kang luwih dhuwur drajate.
b. Garwane priyayi marang sing kakung.
c. Priyayi marang priyayi yen wis ngoko-ngokonan.
Tuladha:
– Dhik, sliramu mengko nek kondur arep nitih apa? Apa kersa
    takdherekake?
– Aku mau ngundhuh pelem akeh, Panjenengan apa kersa dakaturi?
– Yen kersa mengko dakaturi sejinah.

C.      Basa Krama Lugu
"Pengertian bahasa krama lugu adalah bahasa yang kalimatnya semua memakai bahasa krama madya"
Wujude: Tembunge madya (ater-ater lan panambange karma)
"Pemakaian Bahasa Krama Lugu" 
Panganggone:
a. Kanggo marang kanca sing wis kulina, padha drajate lan ngajeni.
b. Garwane priyayi marang sing kakung.
c. Priyayi marang sedulure tuwa kang luwih cendhek drajade.
Tuladha:
– Sampeyan niku manawi kesah dhateng kantor napa taksih kiyat mbekta
    sepedha motor mas?
– Napa ndika saking desa ngriki mawon to mas?

D.      Basa Krama Alus
"Pengertian bahasa krama alus adalah bahasa yang kalimatnya semua memakai bahasa krama alus/inggil"
Wujude: Tetembungan krama (ater-ater lan panambang krama) lan krama inggil (tumrap wong sing diajak guneman).
"Pemakaian Bahasa Krama Alus" 
Panganggone:
a. Wong enom marang wong tuwa.
b. Batur marang bendarane.
c. Murid marang gurune.
d. Andhahan marang pimpinane.
e. Kanca karo kanca sing durung kulina.
Tuladha:
– Kula badhe matur dhateng ibu, bilih manawi saestu sowan dhateng
    eyang, kula badhe tumut.
– Tindak-tandukipun kanca kula ingkang naminipun Edo punika sanget.

Tadi perbedaan pengertian, penggunaan, dan contoh Bahasa/Basa Ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus! Paham Emezin-guys? Jadi kalo ngomong pakai bahasa jawa tiap orang beda karakteristik bahasanya. Semisal Emezin-guys kesusahan dalam men-translate bahasa Indonesia ke Jawa (Ngoko-Krama-Alus) bisa terjemahkan di mongosilakan.net. Nantikan Artikel Selanjutnya!
Pengaruh Lingkungan Bermain terhadap Perilaku Siswa


SMPN 21 MALANG



Oleh :
1.    Aditya Aji Pamungkas          7.5
2.    Hafiz Clevanota                     8.1


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, Banyak perubahan sifat dan watak pada anak. Tetapi, perubahan ini lebih menjerumus ke hal yang negative daripada ke hal yang positif.
Perubahan ini disebabkan karena banyak faktor, antara lain media internet, media komunikasi, pendidikan, dan pergaulan teman bermain. Sebuah faktor yang menyebabkan perubahan perilaku pada anak yang akan kita bahas adalah pergaulan dengan teman bermainnya atau teman bergaulnya sehari-hari. Memang, manusia diciptakan sebagai mahluk sosial yang artinya makhluk yang tidak bisa hidup tanpa individu lain. Pengaruh teman bermain kita sehari-hari menuai banyak akibat, diantaranya positif dan negatif.
Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan teman-teman sebaya terhadap siswa terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alcohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya sendiri dan akibatnya. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan hubungan sosial remaja.
Kondisi saat ini yang ideal seharusnya, jika seorang anak bertambah dewasa seharusnya sifat, watak, dan perilakunya juga akan bertambah matang. Namun, karena pengaruh teman bergaul kita, kita malah terjerumus kepada hal yang negatif, contohnya anak zaman sekarang berani merokok, melawan orangtua, berbicara kotor bahkan berzina.
Tindakan yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu kita harus bisa memilih teman yang dapat menuntun kita kepada hal positif dan melakukan pengarahan kepada teman-teman sebaya kita supaya tak terjerumus kepada hal negatif.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pernyataan di atas, kita dapat merumuskan beberapa permasalah, di antaranya:
Ø  Bagaimanakah cara mengatasi perilaku teman bermain kita ?
Ø  Apa saja keuntungan dan kerugian yang dapat kita peroleh dari teman bermain kita ?
Ø  Apakah jika perilaku teman kita berubah, perilaku kita juga akan berubah ?
Ø  Pihak-pihak mana saja yang dapat membantu mengarahkan perilaku teman-teman  bermain kita ?
C.  TUJUAN PENELITIAN
Ø  Memperbaiki masalah sifat-sifat teman dengan cara pengarahan ke hal yang positif dengan dibantu pihak-pihak yang berurusan misalnya guru, keluarga, dan orang tua.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Manfaat dari penelitian yang dapat kita peroleh, bagi :
Ø  Siswa                       : Dapat memikirkan dampak yang ditimbulkan dan bukan hanya ikut-ikutan semata.
Ø  Guru                       : dapat menjadi acuan cara untuk menghadapi dan mengarahkan sikap-sikap muridnya.
Ø  Sekolah                   : Dapat menjadi sebuah kebanggaan bahwa sekolah memilki siswa-siswi yang pintar, rajin, dan soleh atau solehah.
Ø  Ilmu Pengetahuan   : Dapat menjadi kajian data atau teori atau pengetahuan untuk para psikolog.
Ø  Peneliti Selanjutnya: Dapat menjadi acuan untuk pengembangan penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 A. DASAR TEORI
Sifat seorang anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yakni faktor yang muncul dari dalam diri individu yang berupa faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi) dan faktor kelelahan. Sedangkan Faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa diantaranya lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Lingkungan keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
Menurut KoentjaraningratMasyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu. Sedangkan menurut Paul B. HortonMasyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Menurut Syureich (1990: 37) lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan menentukan perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan anak-anak. Demikian kuatnya pengaruh lingkungan pergaulan itu pada diri seseorang, sehingga anak yang dididik baik-baik di rumah keluarganya bisa menjadi anak yang nakal (brutal), yang membuat keresahan hidup bagi orang tuanya.
Oleh karena itu menurut Thalib (1995: 97-99) bahwa orang tua harus selalu mengawasi lingkungan pergaulan anak, terutama orang tua harus mampu memerhatikan teman-teman anaknya, karena anak-anak sejak berumur kurang lebih 4 tahun sudah dapat bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Dengan bergaul ini mereka bisa mengembangkan kemampuan sosial dan kebutuhan berhubungan dengan orang lain. Untuk itu orang tua wajib menaruh perhatian dengan siapa mereka bergaul. Karena teman bergaul dapat memberikan pengaruh pada kepribadian anak-anaknya.
Dari pendapat itulah, lingkungan bermain menuai dampak besar terhadap perubahan perilaku pada anak. Penyebab inilah yang dapat menyebabkan perilaku siswa menjadi kurang baik. Sedangkan dampak positif dari teman bergaul kita yaitu bisa menjadi sahabat.
Menurut Santrock (1998), karakteristik yang paling umum dari persahabatan adalah keakraban (intimacy) dan kesamaan (similiarity). Intimacy dapat diartikan sebagai penyingkapan diri dan berbagai pemikiran pribadi. Karena kedekatan ini, anak mau menghabiskan waktunya dengan sahabat dan mengekspresikan efek yang lebih positif terhadap sahabat dibandingkan dengan yang bukan sahabat (Hartub, 1989). Santrock (1998) menyebutkan enam fungsi penting persahabatan, yaitu:
1.      Sebagai kawan (companionship)
2.      Sebagai pendorong (stimulation)
3.      Sebagai dukungan fisik (physical support)
4.      Sebagai dukungan ego (ego support)
5.      Sebagai perbandingan sosial (social comparison)
6.      Sebagai memberi keakraban dan perhatian (intimacy/affection)
Hatherington dan Parke (1999), menggambarkan tiga tahap perkembangan gagasan anak tentang persahabatan, yaitu:
1.      Reward-cost stage (7-8 tahun). Pada tahap ini anak menyebutkan ciri-ciri sahabat sebagai teman yang menawarkan bantuan, melakukan kegiatan bersama-sama, bisa memberikan ide-ide, bisa bergabung dalam permainan, menawarkan judgement, dekat secara fisik, dan memiliki kesamaan demografis.
2.      Normative stage (10-11 tahun). Anak mengharapkan sahabatnya bisa menerima dan mengaguminya, setia dan memberikan komitmen terhadap persahabatan, serta mengekspresikan nilai dan sikap yang sama terhadap aturan-aturan dan sanksi.
3.      Emphatic stage (11-13 tahun). Anak mengharapkan kesungguhan dan potensi intimacy dari sahabat, mengharapkan sahabat untuk memahami dan terbuka terhadap dirinya, mau menerima pertolongannya, berbagi minat dan mempertahankan sikap dan nilai yang sama.
Teman sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya.(John w. santrock, Remaja, Hal. 55).
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh teman sebaya. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya. Pertemanan berdasarkan tingkat usia dengan sendirinya akan terjadi meskipun sekolah tidak menerapkan sistem usia. Remaja dibiarkan untuk menentukan sendiri komposisi masyarakat mereka. Salah satu fungsi terpenting dari teman sebaya adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari teman-teman sebayanya. Dan remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik. (Jhon W. Santrock, Remaja, 2007, hal 55).
Piaget dan Sullivan menekankan bahwa hubungan dengan teman sebaya memberikan konteks bagi remaja untuk mempelajari modus hubungan timbal balik yang simetris.
Hartup menyatakan bahwa hubungan dengan teman sebaya bersifat kompleks dan dapat bervariasi tergantung pada bagaimana pengukurannya, perumusan hasilnya, dan garis perkembangannya.
Menurut Gerungan (1986) kenakalan remaja muncul akibat terjadinya interaksi sosial diantara individu sosial dengan kelompok sebaya. Peran interaksi dengan kelompok sebaya tersebut dapat berupa imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Pada penelitian kami kali ini, menggunakan metode kualitatif interaktif, dimana peneliti melakukan wawancara kepada beberapa narasumber dengan cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan sesuai dengan topik yang dibahas. Sedangkan narasumber yang kami percaya, merupakan salah satu teman sekelas dari salah satu peneliti kami (Hafiz Clevanota). Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan keduan menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Metode kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya.
B. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilakukan dan dilaksanakan mulai dari hari Senin, 26 Mei 2014 hingga Selasa, 27 Mei 2014. Pada hari pertama, wawancara dilakukan pada narasumber pertama, dengan wawancara dilakukan di rumah salah satu peneliti kami (Hafiz Clevanota). Untuk hari yang kedua, wawancara dilakukan pada narasumber kedua, dengan wawancara dilakukan di sekolah kami yaitu SMPN 21 Malang.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Kami menggunakan metode wawancara sebagai instrument penelitian kami, dimana kami menginvestigasi dua narasumber yang merupakan teman dari salah satu peneliti kami yaitu (Hafiz Clevanota).

v  Senin, 26 Mei 2014 – Narasumber I
Hasil yang kami dapatkan dari wawancara yang dilakukan oleh salah seorang peneliti kami (Hafiz Clevanota) yang dilaksanakan di rumahnya, adalah sebagai berikut :
1.      Narasumber pertama, menjelaskan bahwa dia merupakan korban dari topik ini, yaitu dia terpengaruh oleh lingkungan bermainnya.
2.      Dia adalah anak yang berpikiran kotor dan bersifat keras, baik dalam sifatnya maupun di perilakunya.
3.      Dia menyatakan bahwa dia terpengaruh oleh dua faktor, yaitu teman sepermainannya dan orang tuanya.
4.      Dia juga menyatakan bahwa salah satu dari kedua orang tuanya bersifat keras pada dirinya sejak dia kecil.

v  Selasa, 27 Mei 2014 – Narasumber I
Hasil yang kami dapatkan  dari wawancara kedua kami yang dilakukan oleh salah seorang peneliti kami (Hafiz Clevanota) yang dilaksanakan di sekolah kami (SMPN 21 Malang) adalah sebgai berikut :
1.      Narasumber kedua, menjelaskan bahwa dia merupakan tersangka dari topik ini, yaitu dia merupakan parasit dari lingkungan bermainnya.
2.      Dia adalah anak yang bersifat keras, agak berpikiran kotor, dan tak disangka dia juga merupakan seorang perokok.
3.      Dia menyatakan bahwa dia belajar meroko dengan mencoba-coba sendiri.
4.      Dia menyatakan bahwa orang yang pertama dia pengaruhi adalah teman sepermainannya (tetangganya).
5.      Dia juga memberikan alasan, karena dia ingin banyak teman-temannya yang sama seperti dia.
6.      Dia juga menyatakan bahwa ia juga tak peduli apa yang nanti terjadi pada teman-teman yang telah dia pengaruhi.
7.      Dia pernah menjalani operasi, serta dia juga mengidap penyakit hipertensi dan asma. Tetapi, dia tetap tidak ada penyesalan dan tetap melanjutkan kebiasaannya itu (merokok).
8.      Dia juga mengklaim kebiasaan perokok dari salah satu orang tuanya.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara pertama pada narasumber pertama, bahwa setiap anak dapat menjadi korban dari pengaruh siapapun. Baik dalam lingkungan bermain maupun lingkungan keluarga. Orang tua seharusnya mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Tidak dengan kekerasan.
Berdasarkan wawancara kedua pada narasumber kedua, bahwa setiap anak tidak hanya dapat menjadi korban saja, melainkan dapat menjadi tersangka dalam lingkungan bermainnya. Seorang anak dapat menjadi baik atau buruk karena pengaruh temannya, keinginannya sendiri, ataupun karena orang tuannya.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah kami lakukan, kita dapat menarik beberapa kesimpulan :
1.      Seorang anak dapat menjadi parasit ataupun terpengaruh oleh lingkungan bermain.
2.      Teman sepermainan atau kelompok sebaya memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sosial seorang remaja.
3.      Orang tua juga dapat menjadi pengaruh bagi perkembangan seorang remaja.
B. SARAN
Kami dapat memberikan beberapa saran, diantaranya :
1.      Kita harus bisa selektif dalam memilih teman.
2.      Banyak-banyaklah mendalami ilmu agama, supaya terhindar dari perilaku kotor.
3.      Jangan pernah berbuat yang tidak-tidak tanpa pengawasan orang tua.
4.      Orang tua juga harus bisa mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan bertanggungjawab.



DAFTAR PUSTAKA